Sabtu, 15 Mei 2010

NOSTALGIA BERSAMA BEMO SI RODA TIGA

Sore tadi aku bertemu dengan Paman dari Garut. Kita ngobrol sambil ngopi di sore hari yang cerah. Tanpa terasa obrolan kami sampai pada masa kecilku. Dulu aku suka sekali diajak paman naik bemo. Kendaraan aneh yang bentuknya monyong dan beroda tiga. Belum lagi suaranya yang ujug-ujug 'dorr!!' knalpotnya mengeluarkan suara tembakan. hehe.. jadi inget almarhum dono "si muka bemo". Kita Nostalgia Bersama Bemo Si Roda tiga yuk.

Sejarah Bemo 
Bemo adalah singkatan dari "becak motor" dan merupakan nostalgia kendaraan bermotor roda tiga yang biasanya digunakan sebagai angkutan umum di Indonesia. Bemo mulai dipergunakan di Indonesia pada awal tahun 1962, pertama-tama di Jakarta dalam kaitannya dengan Ganefo.
Selanjutnya kehadiran bemo dimaksudkan untuk menggantikan becak. Namun rencana ini tidak berhasil karena kehadiran bemo tidak didukung oleh rencana yang matang. Bemo tidak hanya hadir di Jakarta, melainkan juga di kota-kota lain seperti di Bogor, Bandung, Surabaya, Malang, Padang, Denpasar, dll. karena kendaraan ini sangat praktis dan mampu menjangkau jalan-jalan yang sempit, dan dapat melaju jauh lebih cepat daripada becak.
Bemo yang mulanya beroperasi seperti taksi, belakangan dibatasi daerah operasinya di rute-rute tertentu saja, dan akhirnya disingkirkan ke rute-rute kurus yang tak disentuh oleh bus kota. Di Jakarta, bemo mulai disingkirkan pada 1971, disusul oleh Surabaya dan Malang pada tahun yang sama. Mulai tahun 1979, Pemerintah Daerah Surakarta dan kota-kota lainnya mengambil langkah yang sama.

Kenangan Beradu lutut
Di negara asalnya, Jepang, konon bemo tidak dimaksudkan untuk digunakan sebagai angkutan manusia, melainkan sebagai angkutan barang. Akibatnya, ketika dipasangkan tempat duduk, ruangan yang tersedia pun sebetulnya sangat sempit. Apalagi biasanya bemo digunakan untuk mengangkut paling kurang 8 penumpang, enam di bagian belakang, dua di depan, termasuk sang pengemudi. Karena itu penumpang di bagian belakang seringkali harus beradu lutut, duduk berdesak-desakan. Namun akibatnya, menumpang bemo dapat menimbulkan kenangan manis tersendiri, khususnya bagi mereka yang bertemu jodohnya di bemo. Pantesan Om-ku ini demen banget naek bemo, bisa nyenggol lutut gadis sih..hehe

Ketika pabriknya di Jepang, tempat asal bemo, tidak lagi memproduksi suku cadangnya, bemo di Indonesia masih mampu bertahan karena ternyata banyak bengkel yang mampu membuat suku cadang tiruannya. Saat ini sepengetahuan saya  bemo sudah dihapuskan karena dianggap sudah terlalu tua dan asapnya menyebabkan polusi.

"Dorr!!" sekali lagi kuingat suara letusan bemo dan tubuh bemo yang bergetar seperti orang panas dingin saja. Bemo sekarang tinggal menjadi kenangan. Seandainya masih ada sekarang, mungkin aku jadi doyan naik bemo nih.. biar bisa senggol-senggolan dengan gadis-gadis seperti cerita paman tadi sore. hahaha... :))

Nostalgia si roda tiga
dedicated to my uncle on garoet

Tidak ada komentar:

Posting Komentar