Sabtu, 31 Juli 2010

NOVEL MANUSIA HARIMAU KARYA S.B CHANDRA

Para pembaca Novel Era 80 - 90 tentu mengenal Novel yang satu ini. Novel ini termasuk novel legendaris dijamannya. Novel petualangan bernuansa mistis dan juga romantisme. Novel Manusia Harimau Karya S.B Chandra ini masih diburu oleh para kolektor novel dan komik lama di tanah air. 
Perubahan sosok Erwin dari manusia menjadi manusia harimau selalu menjadi bagian paling dramatis dan memilukan dalam novel serial manusia harimau karangan S.B. Chandra ini. 

Kisah di atas yang dinukil novel Manusia Harimau Jatuh Cinta menunjukkan momen-momen yang menggiriskan bagi seorang Erwin, tokoh utama serial yang terbit sekitar tahun 1980-an ini.

Perubahan itu tak dikehendaki Erwin. Ia hanya mewarisi sifat dan ilmu manusia harimau dari ayahnya, Dja Lubuk, yang juga mewarisi dari ayahnya, Raja Tigor. Warisan itu tak bisa dicabut dan membuntuti ke mana pun Erwin pergi.

Kisah Erwin adalah tangis panjang pewaris terakhir ilmu manusia harimau dari tanah Mandailing, Tapanuli Selatan. Keharimauannya membuat Erwin mampu mengobati berbagai penyakit dan melawan berbagai jin dan setan.

Tapi, keharimauan itu pula yang membuat dia tak jenak hidup layaknya manusia. Dia tak berani jatuh cinta, meski ada puluhan perempuan cantik yang jatuh hati dan memujanya. Dia takut bila tiba-tiba perubahan dirinya menjadi harimau terjadi di tengah pasar dan membuat orang panik dan beramai- ramai membunuhnya, sebagaimana telah menjadi nasib sejumlah manusia harimau sebelum dia.

Tak ada kemegahan diri menjadi manusia harimau. Hanya penderitaan batin berkepanjangan. Chandra, pengarang kelahiran Mandailing dari keluarga perantau dan petualang, mengelola kisah Erwin dalam serial sepanjang tujuh judul, dari Manusia Harimau, Manusia Harimau Merantau Lagi, hingga Akhirnya Manusia Harimau Jatuh Cinta.

Dalam sampul belakang bukunya ada sepotong riwayat Chandra. Dia mengklaim pernah bertualang ke Malaysia, Aceh, hingga Jambi dan mengikuti ilmu mistik para guru seperti Inyiek Angku dan Baginda Samadun.

Chandra menghidupkan kembali legenda manusia harimau yang selama ini dipercaya sebagian masyarakat Sumatera.

Manusia harimau, sebagaimana juga jin dan mahluk gaib lainnya, digambarkan hidup membaur dengan manusia.

Tema manusia harimau sebelumnya juga diangkat Motinggo Busye dalam serial Tujuh Manusia Harimau yang terbit pada 1980-an dan pernah diangkat ke layar lebar dengan bintang El Manik pada 1987 dan kemudian jadi serial sinetron. 
Berlatar sebuah kampung fiktif bernama Desa Kumayan Jati di pedalaman Sumatera Selatan, kisah ini menceritakan sepak terjang sejumlah keturunan manusia harimau yang berkumpul di desa itu dengan segala intrik, pertarungan, dan bumbu percintaan. 


Inilah sekilas resensi Novel legendaris di Indonesia. Novel ini tidak hanya berkisah tentang sebuah pertarungan tapi juga sisi kehidupan dan romantisme sendu yang ditulis secara jantan dan apik oleh pengarang. 


Baca juga artikel menarik lainnya :
City Hunter - Komik Era 80-90
Sejarah Kartun Dora Emon - Kartun era 70-90
Novel Lupus - Novel remaja terlaris era 80-90
Resensi Final Fantasy VIII
Profil Tatang S - Komikus Petruk Gareng
Profil Ganes TH - Pengarang Cersil Si Buta dari goa hantu
Nostalgia Film Boneka Si Unyil
Mainan dan permainan jaman dulu
   

Jumat, 30 Juli 2010

OBSESI GILA - SETUBUHI 1000 PRIA DALAM 10 TAHUN

Pernah nonton Film seri Sex and The City? ternyata film ini membuat seorang wanita memiliki Obsesi Gila - Setubuhi 1000 Pria dalam 10 tahunChristina Saunders begitu terobsesi dengan karakter Samantha Jones dalam serial 'Sex and The City'. Wanita asal Inggris itu bahkan nekat menunaikan "misinya" untuk bersetubuh dengan 1.000 pria dalam kurun waktu 10 tahun. Obsesi apa maniak nih? 

Dikutip dari sumber laman Your Tango, Christina mengaku sangat tertantang dengan karakter Samantha yang begitu percaya diri memikat dan menguasai banyak pria di tempat tidur. "Samantha sangat seksi, percaya diri, dan membanggakan. Saya terpesona dengan perilakunya yang seperti pria, bisa tidur dengan siapa saja," katanya.

Christina Saunders
Christina, yang kala itu masih seorang mahasiswi berusia 20 tahun, pun terdorong untuk menjadi menjalani kehidupan bak Samantha. Ia bersetubuh dengan sedikitnya satu pria dalam seminggu. Demi mencapai targetnya menyetubuhi 1.000 pria, ia nekat melakukan apa saja, termasuk melakukan hubungan seksual dengan dua lelaki sekaligus.

Menjelang lulus kuliah, jumlah pria yang berhasil ditaklukkannya telah menyentuh angka 300. Seiring bertambahnya usia, obsesinya makin meletup-letup. Selama bekerja di London, ia semakin rajin menggoda pria di sejumlah bar. Ia juga semakin sering berlibur demi bertemu lebih banyak pria. Bahkan, ia pernah bersetubuh dengan 15 pria selama sepekan berlibur di Ibiza, Spanyol.

Agar tak salah menghitung, Christina selalu membawa buku harian setiap kali bepergian. Ia juga tak pernah lupa menuliskan nama pria berikut kemampuan seksualnya setiap kali selesai melakukan persetubuhan. Setiap detail pengalamannya tertuang rapi dalam buku hariannya.

Di tengah lingkungan sosial yang mulai memanggilnya pelacur, Christina pantang mundur. "Saya tidak merasa kotor, saya sudah merasa kecanduan," katanya. Christina sudah dibutakan obsesinya. Ia agaknya juga tak peduli dengan potensi penyakit menular seksual yang bisa membunuhnya.

Yang pasti, setelah berhasil menyelesaikan misinya pada usia 30 tahun, Christina mulai menyesali diri. "Saya sepertinya telah mengambil tindakan yang terlampau jauh. Yang saya inginkan saat ini hanya menenangkan diri," katanya.

Kisah Christina adalah salah satu potret dari seberapa negatif tayangan televisi bisa berdampak bagi kehidupan manusia. Itulah mengapa banyak psikolog selalu mengingatkan akan pentingnya menyeleksi setiap tayangan yang akan ditonton. Penting buat kita untuk dapat memisahkan antara dunia imajinasi dan realita. 

Selasa, 27 Juli 2010

PROFIL SULE - PELAWAK OPERA VAN JAVA

Awas ada Sule!!.. Prikitiw.. artikel kali ini gw pengen nulis si akang pelawak yang satu ini. Profil Sule - Pelawak Opera Van Java ini saya ketengahkan dengan maksud melihat lebih jauh perjalanan dan perjuangan hidupnya sebelum dia menjadi pelawak terkenal seperti saat ini.
Sule singkatan dari Sunda Bule karena rambut gondrongnya di cat pirang. Nama aslinya mah Kang Entis Sutisna. Nyunda pisan euy..hehe. 


Sule Alias Entis Sutisna semakin hari semakin gemerlap. Dia menjadi salah satu pelawak termahal dengan penghasilan Rp 1 miliar setiap bulannya. Padahal, beberapa tahun lalu ayah tiga anak ini hanya sebagai penjual jagung rebus keliling kampung, pedagang ayam goreng dan kebaya.

Karier pria kelahiran Cimahi, 15 November 1976, ini mulai bersinar setelah sukses memenangi lomba Audisi Pelawak TPI (API) bersama grup lawak SOS. Hanya setahun setelah itu, nama Sule mulai diperhitungkan.


Namanya terus melambung ke jajaran pelawak papan atas yang penghasilannya melebihi pelawak papan atas lain seperti Komeng. Penghasilannya lebih dari Rp 1 miliar sebulan didapat dari beberapa stasiun televisi, antara lain, hasil dari acara Opera Van Java di Trans7 dan Awass Ada Sule di Global TV.

Sule yang pernah dibimbing pelawak senior Kang Ibing ini sudah memiliki bakat melawak sejak kelas 3 SD. Kala itu Sule kecil sering tampil di acara Agustusan. Ayah dari Rizki (12), Putri (8), dan Rizwan (2) ini selain melawak juga dikenal pintar menyanyi dan pandai membanyol atau melucu. Alumnus STSI Bandung ini juga memiliki kekhasan dalam penampilan, yakni rambutnya yang panjang berwarna pirang sehingga bisa melengkapi karakternya.

Kini Sule sudah menjadi miliarder dengan hartanya berupa lima rumah di Bandung dan Jakarta, dua mobil, serta dua sepeda motor. Baru-baru ini, Sule mengaku bersyukur karena Tuhan telah memberi jalan.

Siapa sangka, kata dia, dulu saat baru menikahi Lina (32) pada tahun 1997 dia tinggal di rumah kontrakan petak.

Penghasilannya dari melawak hanya Rp 20.000 sehari sehingga, agar dapurnya bisa tetap ngebul, Sule nyambi berdagang ayam goreng dan berjualan kebaya.

Masa-masa sulit bagi Sule tinggal kenangan. Kini pelawak yang serba bisa ini sudah menjadi miliarder. Opera Van Java adalah salah satu acara yang menghasilkan banyak uang bagi Sule. Dari acara ini, sekali tampil Sule memperoleh penghasilan Rp 50 juta atau naik dibanding sebelumnya yang Rp 20 juta-Rp 40 juta.

Pemilik rambut gondrong dan pirang ini terkenal dengan gaya khasnya, yakni kalau mendengar musik jaipongan langsung dengan reflek joget sehingga sering mengundang orang tertawa. Rupanya gaya khasnya itu lalu menjadi tambahan karakter Sule.

Nekat ke Jakarta beberapa waktu lalu, Sule mengaku bercita-cita menjadi pembawa acara berita televisi sehingga nekat pindah dari Jawa Barat ke Jakarta. Berbekal keahlian menari, dia mencoba mengadu nasib di Ibu Kota. Alumnus STSI Bandung ini kemudian berkelana dari satu tempat ke tempat lainnya di Jakarta.

Kesempatan mengikuti Audisi Pelawak Indonesia (API) di TPI bersama Ogi Suwarna dan Obin Wahyudin adalah jalan pintas menuju sukses Sule. Tidak sampai setahun setelah menjuarai Superstar Show, sebuah acara duet selebriti di Indosiar, karier Sule pun terus menanjak.

Namanya pun masuk dalam jajaran pelawak papan atas. Tahun 2009 dan 2010 adalah tahun-tahun keemasan bagi Sule. Kini Sule sudah layak disejajarkan dengan Tukul Arwana, Komeng, Eko Patrio, Parto, ataupun Olga Syahputra yang sempat dinobatkan sebagai Lima Pelawak Termahal Indonesia.

Seperti Komeng, Sule mempunyai kemampuan spontanitas lelucon yang tergolong sangat responsif, cepat, kreatif, dan bagus. Dalam tampilan di panggung juga punya kemampuan blocking yang lumayan. Sule termasuk salah satu pelawak yang punya karakter melucu yang kuat dan unik.

Bakat melawak Sule ini berasal dari ayahnya yang penjual bakso keliling. Ayahnya selalu membanyol dan membuat para pembeli baksonya tertawa. Akan tetapi, Sule mengawali naik panggung bukan dengan lawakan, melainkan sebagai pemain musik. Meski sudah sangat terkenal, Sule masih memendam cita-cita untuk go international walau tak pandai bahasa Inggris.

Kendati telah bergelimang harta, ternyata tak semua artis hidup bermewah-mewah dan mengaku ingin tetap hidup sederhana. Suzuki APV masih menjadi kendaraannya setiap hari akan shooting.

Kini Sule pun sudah memiliki bisnis di Bandung berupa salon, warnet, toko pakaian, ponsel, dan studio musik. Pria pencetus ucapan "prikitiw" itu tetap betah menempati tempat tinggalnya terdahulu, sebuah kamar kos di kawasan Jakarta Selatan.

Sebagai seorang pelawak, Sule memang tak ada matinya. la selalu bercanda dan tertawa lepas saat berada di lokasi shooting dan sering mengagetkan banyak orang dengan ulahnya yang konyol untuk menghibur. Sule tetap ingat saudaranya dan membagi-bagi rezeki juga untuk adik-adiknya. Sule merupakan anak kedua dari empat bersaudara.

berbagai sumber

Sabtu, 24 Juli 2010

PROFIL JAN MINTARAGA - PENGARANG KOMIK ERA 80

Mungkin bagi penggemar komik silat Era 80 sangat mengenal pengarang yang satu ini. Profil Jan Mintaraga - Pengarang Komik Era 80 ini dikenal memiliki karya-karya yang apik khususnya dari kualitas gambarnya begitupun dengan kisah-kisahnya. Tidak hanya terpaku pada Komik Cersil, Jan juga membuat komik roman Jakarta Era 80.

Ia mulai menggambar komik sejak tahun 1965. Banyak karya yang sudah diterbitkan, antara lain Sebuah Noda Hitam, Tunggu Aku di Pintu Eden. Cerita-cerita silat: Kelelawar, Teror Macan Putih, Indra Bayu, dll. 

Jan Mintaraga yang mempunyai nama asli Suwalbiyanto memulai dengan "Cinde Laras!" (Arya Guna), serta "Rajawali Menuntut Balas", yang masih berbau tokoh-tokoh Amerika. Jan mulai menarik minat pembacanya dengan "Sebuah Noda Hitam" (1968). Segera disusul dengan "Rhapsodi Dalam Sendu". Tapi tokoh ciptaannya yang terkenal, Rio Purbaya, dalam Sebuah Noda Hitam, yang laris pada awal 1970-an. Untuk Jakarta saja, menurut penerbitnya, terjual 20 ribu eksemplar dan menjadi box office. Bahkan saking populernya tokoh Rio, Roy Marten aktor terpopuler pada saat itu mengaku terilhami tokoh Rio setelah melahap habis komik itu. Roy bahkan sampai berpenampilan sama dengan Rio, kemeja kotak-kotak biru dan celana jeans belel.

Jan Mintaraga (Nama asli Suwalbiyanto lahir di Yogyakarta, 8 November 1942 – meninggal 14 Desember 1999 pada umur 57 tahun) adalah seorang komikus silat (Cerita silat bergambar) Indonesia. Ia sempat mengecap pendidikan di Akademi Seni Rupa Indonesia di Yogyakarta dan di Institut Teknologi Bandung.
Pada 1970-an, Jan termasuk salah satu komikus dengan bayaran termahal. Tepatnya Jan mulai berkarier di Tahun 1965. Sebagai gambaran untuk komik setebal ‘hanya’ 48 halaman, honor yang diterima Jan adalah Rp 200 ribu. Tapi itu adalah tahun 1970-an, di mana harga emas waktu itu Rp 250 per gram, jadi bisa dibayangkan betapa jayanya kehidupan komikus yang sukses di zamannya. Selain dikenal karena komik-komik romannya Jan juga sempat membuat beberapa komik laga seperti Indra Bayu, Runtuhnya Pualam Putih, Kelelawar, Puri Iblis, Runtuhnya Puri Iblis, Misteri Tertangkap Jin, Macan Putih, dan Sepasang Gelang Mustika.

Khusus untuk komik-komik roman Jakarta-nya, Karya-karya Jan begitu berpengaruh berkat karakter tokoh-tokohnya yang kuat. Dia selalu menampilkan tookohnya dengan karakter rambut gondrong, acuh dan agak sinis. Celananya jin belel sepatu kets. Rokok terselip di bibirnya dan menggelantung jaket di pundak. Pada tokoh gadisnya goresan Jan Mintaraga selalu digambarkan dengan bentuk mata indah dan besar. Sedangan dandanan rambutnya sangat anggun. Jan juga mengerjakan detail-detail kecil pada latar belakang, seperti pada bangunan, interior sebuah ruangan, tirai, baju kotak-kotak dengan cara yang menonjol. Juga mulai penggunaan tinta putih untuk memberikan efek-efek tertentu.

Jan belajar di bawah bimbingan komikus R.A. Kosasih dan Ardisoma. Ia dianggap sebagai komikus yang agak kebarat-baratan, terutama karena gayanya sangat dipengaruhi komikus Amerika. Hal itu dapat dilihat dari penampilan para karakter, sangat tak lazim bagi anak-anak Indonesia, tapi sangat sering kita jumpai pada produk visual dari Amerika atau Eropa ketika itu. Mengenai hal ini Jan sendiri mengakui sendiri bahwa komik-komiknnya banyak terispirasi dari lagu-lagu Bob Dylan. Di antaranya, ada komik yang mengambil judul dari terjemahan sebuah lagu terkenal Bob Dylan, Blowing in The Wind. Komik itu, Tertiup Bersama Angin (1967), karya Jan Mintaraga.

baca artikel menarik lainnya :

Selasa, 20 Juli 2010

HATI-HATI SIRINE MOBIL POLISI

Jika ketemu Mobil Polisi di bawah ini siap-siap tutup kuping rapat-rapat sob.. Hati-hati Sirine Mobil Polisi ini bisa bikin kuping budeg .. ^^'

 

Buat yang kebetulan ketemu mobil polisi ini pokoknya jangan macem-macem deh. bisa kualat sob.. supirnya mah kayanya anteng2 aja tuh. Bisa jadi ini polisi budeg kali ya.. hehehe.
Happy Blogwalking buddy.. dont forget ur comment. I really appreciate it.. Thanks and Good day :)

Minggu, 18 Juli 2010

MISTERI SENYUMAN LUKISAN MONALISA

Mungkin pembaca mengetahui perihal Lukisan Monalisa. Banyak yang terpesona dengan lukisan 'Mona Lisa Smile'? Sejumlah ilmuwan seni asal Prancis berhasil memecahkan sejumlah rahasia di balik pesona karya legendaris Leonardo da Vinci itu. Misteri Senyuman Lukisan Monalisa akhirnya terungkap. Para pakar dari Pusat Penelitian dan Restorasi Museum Prancis itu menemukan bahwa lukisan da Vinci dilakukan dengan teknik lapis ekstratipis. 

Da Vinci menerapkan 30 lapisan untuk lukisannya yang mengagumkan. Setiap lapis hanya setebal 40 mikrometer, setengah dari ketebalan rambut.
"Teknik itu disebut sfumato," kat salah satu peneliti, Philippe Walter. Teknik itulah yang membuat da Vinci berhasil menciptakan ilusi dan bayangan menakjubkan dalam lukisannya.

Tak hanya lukisan 'Mona Lisa Smile', tim juga meneliti enam lukisan karya da Vinci lainnya yang seluruhnya tersimpan di museum Louvre. Penelitian dilakukan dengan teknis X-ray fluorescence spectroscopy untuk mempelajari lapisan cat dan komposisi kimianya.
Mereka membawa peralatan berteknologi tinggi itu ke museum saat tutup dan mengamati wajah potret ', yang merupakan simbol dari Sfumato. Proyek ini dikembangkan melalui kerjasama dengan European Synchrotron Radiation Facility di Grenoble.

"Sekarang kita bisa mengetahui campuran pigmen yang digunakan da Vinci untuk setiap lapisan lukisannya," kata Walter. "Dan, itu sangat, sangat penting untuk memahami teknik ini."

Analisis dari sejumlah lukisan itu mengungkap bahwa da Vinci terus mencoba metode baru dalam setiap karyanya. Dalam 'Mona Lisa Smile', da Vinci menggunakan oksida mangan untuk menciptakan dimensi. Ia juga menggunakan tembaga, bahkan glasir.

Catatan sejarah mengungkap, 'Mona Lisa Smile' adalah lukisan Lisa Gherardini, istri Francesco del Giocondo, seorang pedagang asal Florence. Da Vinci mulai melukis itu pada tahun 1503. Giorgio Vasari, pelukis abad ke-16 dan penulis biografi da Vinci dan seniman lainnya, menulis bahwa da Vinci menyempurnakan lukisan itu selama empat tahun. 

Jumat, 16 Juli 2010

DEATH NOTE - KISAH BUKU DEWA KEMATIAN

Pernah Nonton Death Note? manga, anime maupun movienya sama-sama keren. Death Note adalah judul sebuah serial manga Jepang yang ditulis oleh Tsugumi Ohba dan ilustrasi oleh Takeshi Obata. Anime Death Note tentu saja diangkat dari manganya yang berjudul sama. Death Note - Kisah Buku Dewa Kematian ini menceritakan tentang Light Yagami, seorang siswa jenius yang secara kebetulan menemukan “Death Note” milik shinigami (dewa kematian).

Kisah ini direalisasikan di majalah Shonen Jump dari Januari 2004 hingga Mei 2006 dengan total 108 bab. Versi tankoubonnya terbit sebanyak 12 jilid dan 1 jilid spesial yang berjudul How to Read 13 yang berisi tentang penjelasan dan profil tentang Death Note.


SINOPSIS DEATH NOTE (MOVIE)
Death Note berkisah tentang seorang pemuda jenius bernama Yagami Raito [Tetsuya Fujiwara] yang menemukan sebuah buku kematian/death note yang secara tidak sengaja jatuh ke dunia manusia. Nama orang yang ditulis di Death Note itu akan mati, karena buku tersebut punya kekuatan membunuh.

Raito kemudian memutuskan untuk menciptakan Utopia / Negeri Impian dengan cara menghabisi para kriminal di dunia menggunakan Death Note tersebut. Kemudian seorang detektif terbaik di dunia, bernama "L", disewa untuk menemukan sang pelaku pembunuhan para kriminal belakangan itu.

Pertempuran habis-habisan antara orang jenius di dunia pun dimulai, pemenangnya akan mengendalikan dunia. Movie ini kalau tidak salah merupakan trilogy, Movie ini ditutup dengan adu kecerdikan di antara L dan Raito yang endingnya cukup mengharukan. Buat yang penasaran silahkan saksikan filmnya. 

Kamis, 15 Juli 2010

PROFIL CEPOT DALAM WAYANG GOLEK JAWA BARAT

Masyarakat Jawa Barat tentunya mengenal wayang golek sebagai kesenian daerahnya. Salah satu tokoh yang paling akrab di kalangan pencinta wayang adalah Si Cepot. Tokoh lucu, bodor dan menggemaskan. Seperti apa Profil Cepot Dalam Wayang Golek Jawa Barat ini? Mari kita simak Kang Astrajingga ini. 

Sastrajingga alias Cepot adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Semar Badranaya dan Sutiragen (sebetulnya Cepot lahir dari saung, dan orang biasa menyebutnya Astrajingga). Wataknya humoris, suka banyol ngabodor, tak peduli kepada siapa pun baik ksatria, raja maupun para dewa. Kendati begitu lewat humornya dia tetap memberi nasehat petuah dan kritik.

Lakonnya biasanya dikeluarkan oleh dalang di tengah kisah. Selalu menemani para ksatria, terutama Arjuna, Ksatria Madukara yang jadi majikannya. Cepot digunakan dalang untuk menyampaikan pesan-pesan bebas bagi pemirsa dan penonton baik itu nasihat, kritik maupun petuah dan sindiran yang tentu saja disampaikan sambil guyon.
Dalam berkelahi atau perang, Sastrajingga biasa ikut dengan bersenjata bedog alias golok. Dalam pengembangannya Cepot juga punya senjata panah. Para denawa (raksasa/buta) biasa jadi lawannya. Sastrajingga merupakan tokoh panakawan putra Semar Badranaya.

Sastra adalah tulisan. Jingga adalah merah. Si Cepot adalah gambaran tokoh wayang yang mempunyai kelakuan buruk ibarat seorang siswa yang mempunyai rapot merah.
Namun demikian ia sangat setia mengikuti Semar kemana saja dia pergi.

Kehadirannya dalam setiap pagelaran wayang golek sangat dinanti-nanti karena kekocakannya. Asep Sunandar Sunarya Dalang kondang di tanah Pasundan bahkan menjadikan si Cepot sebagai kokojo / tokoh unggulan pada setiap pagelaran. Bahkan tanda tangan Asep Sunandar ditulis atas nama Cepot. Mangga kang Cepot.. "Dawalaaa...kadieu" :)

Minggu, 11 Juli 2010

PROFIL KARTUNIS MANG OHLE - KORAN PIKIRAN RAKYAT

Bagi rakyat Jawa Barat yang terbiasa dengan kartun Mang Ohle dalam surat kabar Pikiran Rakyat yentunya ingin mengenal siapa kartunisnya. Dalam artikel ini saya menulis Profil Kartunis Mang Ohle - Koran Pikiran Rakyat adalah untuk mengenang keberadaan kartun ini yang turut mewarnai dunia kartun Jawa Barat.


Sekitar tahun 1950, sosok Didin D. Basoeni adalah anak yang senang menggambar. Saat itu dia masih duduk di bangku SMP. Seusai sekolah, biasanya ia lalangiran di teras rumah dan menggambarkan apa yang terbesit di pikirannya. Ditemani angin yang menyapa rambutnya, sesekali ia memegangi dagunya sambil melamun apa yang akan dilukisnya.
Kebiasaan itu terus dilakukannya hingga memasuki usia SMA. Saat itulah, sekitar tahun 1960 Didin mendengar kabar bahwa HU Pikiran Rakyat mengadakan lomba menggambar sketsa menyambut HUT RI. Tentu saja Didin merasa terpanggil. Berbekal darah seni yang ia asah semenjak kecil, ia mengikuti lomba itu.

Setelah mendaftar, kemudian ia pulang dan beberapa saat Didin melamun. Akhirnya, Didin memutuskan untuk melukiskan situasi masyarakat sedang membuat gapura (pintu gerbang) dengan berbagai hiasan. Ia kirimkan gambar itu. Ternyata, gambar itu dimuat di Lembaran Minggu dalam rubrik remaja “Kuntum Mekar”.

Ia melonjak kegirangan, kesenangannya menggambar akhirnya bisa dinikmati orang banyak. Didin pun semakin tekun menggambar.

Suatu hari, Didin membuat sketsa situasi pesisir atau pantai. Ia menggambar dengan semangat hingga sketsa itu rampung dengan cepat. Kemudian, dengan penuh harapan ia kirimkan sketsa itu ke “PR”. Tapi, sketsa pantainya tak kunjung dimuat. Didin tak putus asa, Ia ulangi sketsa pantai itu, ia kirimkan lagi. Ironisnya, sketsa itu pun tak kunjung dimuat. Didin pun mengulanginya hingga sketsa pantai ke-60. Sketsa ke-60 itulah yang akhirnya berhasil dimuat di “PR”.

Didin terus berkreasi, gambar yang ia buat di “PR” Lembaran Minggu itu tidak hanya gambar sketsa. Didin mencoba gambar cerpen dan gambar ilustrasi cerita bersambung yang muncul setiap hari di halaman terakhir “PR”.

Dari honor menggambar itulah, biaya SMA Didin dapat terpenuhi. Setelah lulus SMA, Didin duduk di bangku kuliah di ITB. Itupun dari honor menggambar. Hingga pada tahun 1969 ia keluar dari ITB karena kesulitan membayar biaya kuliah.

Beban ekonomi tak menyurutkan semangat Didin menggambar. Di balik keterpurukannya, Didin memperluas media tempat menyalurkan gambarnya. Ia mencoba di berbagai surat kabar dan majalah nasional. Berkat ketekunan dan kerja keras, gambarnya terpampang di beberapa media diantaranya, “Merdeka”, “Duta Masyarakat”, “Pemuda”, “Gelora Indonesia”, “Varia”, “Selecta”, “Karya”, “Berdikari”, “Kujang”, “Mandala”, “Gondewa”, “Galura”, “Mangle”, “Langensari”, “Campaka”, “Kancil” (majalah anak-anak), “Sunda”, “Harapan” (Koran Kodam VI Siliwangi) dll.
Perkenalan Didin dengan surat kabar dan majalah itulah yang membawanya ke dunia Jurnalistik. Didin menjadi wartawan ”PR” semenjak tahun 1973.

Selama menjadi wartawan, Didin tak meninggalkan hobi menggambarnya. Kemampuan menggambar itu pula yang menjadi awal perkenalannya dengan mang ohle, maskot “PR”.
Begini kisahnya, gambar karikatur “Mang Ohle” sudah muncul di “PR” sejak tahun 1955. Ada beberapa kartunis “Mang Ohle”, yaitu Teddy M. D. (1957-1964), Soewardi Nataatmadja (1964-1982), T. Sutanto (1982-1984).
Pada tahun 1984 ada kebijakan dari salah seorang pimpinan “PR” untuk mengganti kartunis “Mang Ohle”. Caranya, dengan membuka kesempatan kepada sejumlah tukang gambar. Namun, hasil seleksi itu tidak ada yang diterima. Akhirnya karena terdesak waktu terbit, Didin yang saat itu bekerja sebagai wartawan diminta untuk menggambar “Mang Ohle”. Teks gambar “Mang Ohle” dibuat oleh Bram M.D., Redaktur Pelaksana “PR” sedangkan gambarnya oleh Didin.
Melihat bakat Didin, gambar karikatur “Mang Ohle” sejak saat itu dipercayakan kepada Didin. Tidak hanya gambar, penulisan teks pun dikerjakan Didin.
24 tahun Didin menggambar Mang Ohle sampai menembus babak Reformasi. Artikulasi Didin yang mendominasi citra Mang Ohle kini. Didin mengubah dari yang naturalis menjadi garis. Ia menggambar Mang ohle berkarakter lugu tetapi cerdas, seperti tokoh fiktif Sunda yang sangat merakyat, yakni Kabayan. Sedangkan sifat karikaturnya kritis, menyindir, tetapi tidak membuat orang marah.
Didin berprinsip, “Herang caina beunang laukna” , yang berarti “jernih airnya dapat ikannya”. Maksudnya, membuat kritik yang menghindari konflik.
Dengan sentuhan itu, Mang Ohle karya Didin ini termuat dalam seri prangko Indonesian Cartoon Characters. Karya Didin dimuat bersama tokoh-tokoh kartun lainnya, yaitu Panji Koming (Harian Kompas), Pak Tuntung (Harian Analisa Medan), Pak Bei dan I Brewok dari Bali, pada tanggal 13 Maret tahun 2000.
Perjalanan hidup Didin berhasil mempertemukan antara hobi, pekerjaan, dan prestasi. Piramida itulah yang membuat Didin berkesimpulan, “Pada dasarnya media massa adalah seni.”


WHITE LION - LEGENDARY GROUP OF 90S

White Lion is an American/Danish hard rock/heavy metal band that was formed in New York City in 1983 by Danish vocalist Mike Tramp and American guitarist Vito Bratta. Mainly active in the 1980s and early 1990s, the band achieved double platinum status with their #8 hit "Wait" and #3 hit "When the Children Cry" from their secound album "Pride". The band continued their success with their third album "Big Game". After the fourth album "Mane Attraction" White Lion disbanded in 1991, but was reformed again by Tramp in 1999 with all new musicians. This is 'White Lion - Legendary Group Of 90s .



Current members
Mike Tramp - lead vocals (1983–1991, 1999–present)
Jamie Law - guitars (2005–present)
Troy Patrick Farrell - drums (2005–present)
Henning Wanner - keyboards (2005–present)
Claus Langeskov - bass (2005–present)

Classic line up Personel :
Mike Tramp - lead vocals
Vito Bratta - guitars
James LoMenzo - bass
Greg D'Angelo - drums

Discography of White Lion :
1984 Fight to Survive - Asylum Records
1987 Pride - Atlantic Records
1999 Remembering White Lion - Cleopatra Records
2008 Return of the Pride - Frontiers Records

White Lion: recent activities
Summer of 2007 Tour featuring Tramp's White Lion opening up for Poison and Ratt was canceled after threatened legal action by Bratta caused them to be dropped by the promoter.
The band appeared at Rocklahoma in Pryor, OK on July 13, 2007 with Poison, Ratt, Quiet Riot, Slaughter, Y&T, Gypsy Pistoleros, Dirty Penny, Greg Leon Invasion and Zendozer. After this festival they toured the US. A new studio album entitled "Return of the Pride" was released on March 14, 2008. The band did a world tour to support the album. White Lion toured India and played to 42,000 at Shillong, Meghalaya, and a 30,000 plus crowd at the Dimapur stadium in Nagaland. The band was invited to India by the head of the Tripura Royal Family Maharaja Kirit Pradyot Deb Burman.
A live DVD was released on December 5, 2008 entitled "Bang Your Head Festival 2005"

nostalgic song of White lion are :