Menurut Soeroso, fenomena ini bukan terjadi secara periodik dalam 12 tahun. Sebab, sebelum 1998, tidak terjadi cuaca seekstrem 2010. Dikatakannya hal itu terjadi tergantung fenomena global yaitu arah angin maupun curah hujan. “Saya tidak bisa mengatakan kalau ini sebuah fenomena periodik karena sangat tergantung dari tekanan udara, curah hujan, dan lainnya,” tambah Soeroso.
Berdasarkan hasil pantauan BMKG maupun sejumlah badan cuaca seperti NOAA milik Amerika Serikat, BOM Australia, Jamsfe Jepang, prediksi El Nino/ La Nina menunjukkan indeks negatif. Pada Agustus-September 2010 diperdiksi La Nina moderat. Sedangkan pada Oktober 2010-Januari 2011 berupa La Nina kuat. “Saat ini pada Agustus 2010 terjadi fenomena global La Nina dengan intensitas moderat. Dampak El Nino sangat mempengaruhi suhu perairan di Indonesia ,” kata Soeroso.
Kondisi tersebut mempengaruhi cuaca pada Agustus 2010, yaitu memasuki masa pancaroba atau transisi dari musim kemarau ke musim hujan. Pada masa tersebut terjadi kemarau, namun disertai dengan hujan atau dinamakan kemarau basah. “Mungkin menjadi pertanyaan bagi masyarakat kenapa musim kemarau juga terjadi hujan, hal ini karena memasuki masa pancaroba, meskipun kemarau tapi juga terjadi hujan,” ujar Soeroso, seperti ditulis Antara.
ULF/Liputan6
Silahkan baca artikel menarik lainnya :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar